Sabtu, 11 April 2020

MATERI PEMANASAN GLOBAL

  1. Gejala Pemanasan Global    
    Grafik disamping menunjukkan adanya peningkatan suhu di Bumi pada zaman dahulu dan zaman sekarang.  Peningkatan suhu tersebut menandakan bahwa terjadi perbedaan suhu di Bumi antara zaman dahulu dengan zaman sekarang yang terasa semakin panas serta sekarang ada fenomena mencairnya bongkahan es di daerah kutub. Mungkinkah Bumi akan terus memanas? Mungkinkah panas Bumi menyebabkan perubahan pada iklim dan cuaca? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sedang menjadi topik pembicaraan dan ditanggapi dengan kekhawatiran.
    Pemanasan global merupakan peningkatan suhu Bumi yang disebabkan oleh timbunan gas-gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, metana, klorofluorokarbon (CFC), dan nitrat oksida di atmosfer. Timbunan gas-gas rumah kaca tersebut menahan panas matahari yang menyebabkan suhu Bumi meningkat dan adanya perubahan iklim serta perubahan cuaca.
    Penyebab pemanasan global menurut InterGovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yaitu:  
    • Bahwa ada efek rumah kaca alami di Bumi, dan 
    • Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.  
    Pemanasan global secara umum disebabkan oleh pembakaran bahan fosil dalam industri, pembangkit listrik, asap kendaraan, dan emisi berbagai gas dari kegiatan industri termasuk CFC yang menambah konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. CFC inilah yang merusak lapisan ozon, sehingga sinar-sinar berbahaya seperti sinar ultraviolet dapat menembus Bumi. 
    Perubahan iklim akibat pemanasan global, pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon dioksida (CO2), akibat penggunaan energi fosil atau BBF (Bahan Bakar Fosil). Pengguna terbesarnya adalah negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dan lain-lain.

    • Karbon dioksida (CO2)
      Karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang sering ditimbun oleh manusia. Karbon dioksida sangat berperan dalam proses fotosintesis. Karbon dioksida dapat dihasilkan dari proses respirasi, tumbuhan atau hewan yang mati dan membusuk, penggundulan hutan, serta dari kontribusi utama manusia berupa hasil pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. 
    • Metana (CH4)
      Metana (CH4) merupakan gas rumah kaca yang muncul secara alami, yaitu ketika jenis bakteri tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara. Gas metana sangat mudah terbakar, mudah diuraikan dan menghasilkan karbon dioksida. Metana juga dihasilkan dari pembusukan bahan organik di rawa-rawa, sendawa, dan kentut. Metana juga dapat digunakan sebagai bahan bakar bagi ketel uap dan menghasilkan tenaga listrik.
    • Klorofluorokarbon (CFC)
      Klorofluorokarbon (CFC) merupakan gas rumah kaca yang muncul secara buatan akibat aktivitas manusia. CFC memiliki ciri-ciri khusus, yaitu tidak beracun, tidak mudah terbakar, amat stabil, dan tahan lama. CFC juga merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat. Gas ini banyak digunakan pada berbagai peralatan, seperti pendingin ruangan atau lemari es, kaleng semprotan, dan sebagainya. Semakin berkembang pesatnya teknologi menyebabkan banyak peralatan yang menghasilkan gas klorofluorokarbon.
    • Nitrat oksida (N2O)
      Nitrat oksida (N2O) merupakan gas rumah kaca yang muncul secara alami dengan jumlah yang sangat kecil. Ciri nitrat oksida adalah umur yang sangat panjang yang diperkirakan dapat aktif rata-rata selama 150 tahun di atmosfer. Tidak banyak yang diketahui tentang nitrat oksida. Dugaan bahwa nitrat oksida dihasilkan dari kerja jasad renik, pemakaian pupuk nitrogen dan pembakaran bahan bakar
    • Ozon (O3)
      Ozon merupakan gas rumah kaca yang muncul secara alami. Sesuai dengan rumus kimianya O3 menunjukkan bahwa tiap molekul ozon terdiri dari 3 atom oksigen. Ozon terbentuk karena adanya interaksi antara radiasi ultraviolet dari matahari dengan oksigen di udara. Pada lapisan stratosfer, ozon merupakan komponen yang sangat penting karena berfungsi menyerap radiasi ultraviolet yang dapat merusak kehidupan makhuk hidup, seperti menyebabkan kanker kulit, katarak, melemahkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan hasil panen, merusak ganggang laut, dan sebagainya. Sedangkan pada lapisan yang lebih rendah, ozon merupakan zat pencemar. Pada lapisan ini ozon dapat dibentuk dari interaksi dengan emisi knalpot kendaraan dan hasil industri.
    • Uap air, gas rumah kaca lain, dan awan
      Uap bersifat tidak terlihat. Uap merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca sehingga mempengaruhi suhu global. Jika Bumi menjadi lebih hangat, maka jumlah uap air dalam atmosfer meningkat. Hal tersebut dapat menyebabkan meningkatnya efek rumah kaca dan adanya pemanasan global. Gas-gas rumah kaca lainnya, yaitu karbon tetraklorida (cairan pembersih kering) dan gas-gas halokarbon (beberapa digunakan sebagai pengganti CFC). Peranan awan dalam atmosfer sangat penting. Awan dapat menyerap radiasi yang masuk maupun keluar, sehingga dapat mengurangi energi yang mencapai permukaan Bumi.
    Gas-gas rumah kaca diatas yang dapat memantulkan panas menyebabkan adanya rumah kaca sehingga Bumi tetap hangat. Namun, meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca tersebut pada zaman sekarang berdampak negatif bagi Bumi, yaitu adanya efek rumah kaca yang meningkatkan suhu atau terjadi pemanasan global di Bumi.

  2. Gas-Gas Rumah Kaca
    Atmosfer Bumi terdiri dari campuran gas-gas, uap air, dan debu. Diagram disamping menunjukkan konsentrasi gas rumah kaca yang berada di atmosfer. Efek rumah kaca dari masing-masing gas tersebut sangat kecil. Atmosfer dengan lapisan gas-gas yang spesifik memiliki kemampuan untuk menyerap, memantulkan, dan meneruskan energi matahari dalam jumlah yang sangat besar. 
    Gas-gas rumah kaca merupakan gas-gas yang dapat menangkap panas di dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, metana, klorofluorokarbon (CFC), nitrat oksida, dan lain-lain. Pada gas-gas rumah kaca tersebut memiliki kemampuan memantulkan panas yang menimbulkan rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami, tetapi dapat juga  timbul karena aktivitas manusia. gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau, dan sungai. Karbon dioksida (CO2) yang timbul dari berbagai proses alam seperti letusan vulkanik, pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen (O2) dan melepaskan karbon dioksida (CO2)), juga pembakaran material organik. Karbon dioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap oleh tanaman untuk proses fotosintesis. 
    Gas rumah kaca sebenarnya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk di Bumi, karena tanpa gas rumah kaca maka Bumi akan menjadi sangat dingin. Suhu rata-rata Bumi adalah 15° Celcius, Bumi sebenarnya telah lebih panas 33° Celcius dari suhunya semula. Jika tidak ada gas rumah kaca, suhu Bumi hanya -18° Celcius sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi.
  3. Efek Rumah Kaca






    Efek rumah kaca pertama sekali ditemukan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier, seorang matematikawan dan fisikawan Perancis pada tahun 1824. Istilah efek rumah kaca awalnya diambil dari cara menanam yang digunakan petani di daerah/negara yang memiliki empat musim. Petani tersebut menanam sayuran di dalam rumah kaca untuk menjaga suhu ruangan agar tetap hangat. Sinar matahari yang masuk dipantulkan oleh benda-benda permukaan dalam rumah kaca tersebut, saat dipantulkan, sinar tersebut berubah menjadi energi panas. Selanjutnya energi panas tersebut terperangkap dalam rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara di luar yang dingin. Maka suhu dalam rumah kaca akan lebih tinggi daripada suhu di luar rumah kaca. Begitu pula dengan atmosfer bumi, fungsinya sama dengan rumah kaca yang digunakan oleh petani dalam becocok tanam. Proses yang membuat temperature atau atmosfer bumi tetap hangat ini disebut sebagai efek rumah kaca.
    Dari gambar disamping, kita dapat mengetahui proses terjadinya efek rumah kaca. Matahari merupakan sumber energi bagi bumi. Ketika energi ini tiba di permukaan bumi, energi ini akan berubah dari energi cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi menyerap sebagian panas dan memantulkan sisanya ke luar angkasa. Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Sinar tampak adalah gelombang pendek, setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar inframerah), yang kita rasakan. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Atmosfer yang terganggu komposisinya bermaksud terjadi perubahan jumlah gas-gas dalam atmosfer, pada kasus ini konsentrasi gas di atmosfer berubah dari renggang ke rapat. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi, sehingga lebih dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.
    Perlu dibedakan efek rumah kaca dengan proses alami dengan efek rumah kaca akibat aktivitas manusia. Efek rumah kaca alami menyebabkan adanya sebuah iklim yang membuat tumbuhan, hewan, dan manusia dapat hidup. Efek rumah kaca akibat aktivitas manusia merupakan sebuah ancaman yang menimbulkan adanya efek rumah kaca yang berlebihan atau meningkat dan menimbulkan adanya pemanasan global di Bumi.
    Dari zaman dahulu sebenarnya telah ada rumah kaca, ditandai dengan adanya kehidupan karena hangatnya keadaan di Bumi. Namun, semakin banyaknya aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan meningkatnya suhu di Bumi yang cukup drastis dibandingkan dengan suhu pada zaman dahulu. Meningkatnya suhu di Bumi yang cukup drastis ini, maka terjadilah pemanasan global yang berdampak negatif bagi Bumi.
  4. 4. Dampak pemanasan global terhadap lingkungan
    1. Perubahan iklim dan cuaca
    Meningkatnya kadar CO2 di atmosfer, kini menjadi perhatian dunia. Pasalnya, unsur yang satu inilah yang menjadi pemeran utama dalam perubahan-perubahan yang terjadi terkait dengan cuaca dan iklim. Kadar CO2 yang meningkat akan berimplikasi pada meningkatnya efek rumah kaca yang terjadi di Bumi, energi yang dipancarkan matahari ke bumi akan semakin terperangkap di bumi karena terhalang untuk dilepaskan ke luar angkasa, akibatnya suhu akan semakin meningkat, dan jika ini terus terjadi, maka bumi akan semakin panas.
    Selain karena kadar CO2, ada faktor lain yang menyebabkan kenaikan suhu di Bumi yaitu pengaruh rumah kaca akibat kadar uap air. Suhu bumi yang semakin meningkat menyebabkan penguapan air laut menjadi meningkat pula. Uap air memiliki pengaruh yang ebih besar terhadap pemantulan energi dibandingkan CO2. Hal ini akan menghasilkan kenaikan suhu yang lebih besar lagi.
    Kondisi seperti ini akan menyebabkan daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim 
    2. Meningkatnya volume air Bumi 
    Ketika sebalok es dipanaskan, maka suhu es tersebut akan perlahan meningkat. Hingga akhirnya sampai pada suhu , maka es akan mulia mencair hingga seluruh bagiannya berubah fasa menjadi air. Hal itulah yang sekarang sedang terjadi dalam skrup yang lebih luas di Bumi ini. Bongkahan besar es yang ada di kutub selatan dan utara bumi kini mulai perlahan mencair karena pemanasan global yang terjadi. Menurut Konrad Steffen, pakar lapisan es kutub, yang merupakan direktur lembaga penelitian hutan, salju dan lansekap Swiss –WSL, tiap tahunnya es di kutub utara mencair sekitar 250 hingga 350 Gigaton setiap tahunnya sejak 1999 hingga sekarang akibat pemanasan global. 
    Mencairnya es di kutub mengakibatkan volume air laut di bumi meningkat. Kini beberapa daratan di bumi mulai perlahan tertutup oleh air. Steffen menambahkan bahwa, jika kondisi seperti ini terus menerus terjadi, maka permukanaan air di laut akan naik 90 hingga 100 centimeter pada tahun 2080.
    5. Solusi efek yang ditimbulkan oleh pemanasan global
    Dalam rangka mempertahankan dan memperbaiki kondisi Bumi yang kian memanas, maka selayaknya manusia selaku makhluk yang menempati Bumi ini melakukan upaya untuk mengurangi pemanasan global. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. 
    a.       Menggunakan energi alternatif ramah lingkungan 
    Gas karbon yang telah diketahui merupakan gas kaca sebagai penyumbang efek pemanasan global salah satunya dihasilkan dari pemanasan-pemanasan bahan bakar fosil yang selama ini digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan. Hal ini sebenarnya bisa diminimalisasi dengan menggunakan bahan / energi alternatif yang lebih bersih dan ramah lingkungan, seperti energi matahari, angin, air, biomassa, panas Bumi yang sebenarnya sangat berlimpah bagi manusia, hanya saja sampai saat ini penggunaannya belum bisa maksimal. 
    b.      Melakukan reboisasi
    Tak dapat dimungkiri bahwa kadar CO2 di atmosfer ini kian meningkat, maka merupakan hal yang wajar jika pemanasan global terus terjadi dan dampaknya semakin mengerikan. Maka upaya yang perlu dilakukan adalah mengurangi kadar CO2 tersebut, salah satunya dengan cara menanam tanaman. Jika dipikirkan, memang hasil dari upaya ini tidak akan dirasakan dalam waktu dekat karena pertumbuhan tanaman membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, agar upaya ini berdampak global, maka penanaman tumbuhan harus juga dilakukan secara global. Tapi setidaknya jika upaya ini dilakukan sejak sekarang dan semua orang menyadarinya, maka generasi manusia yang hidup di masa mendatang akan merasakan dampak positif dari para pendahulunya.
    c.       Mengurangi penggunaan CFC
    Gas CFC merupakan gas yang sangat reaktif, gas ini akan berdampak pada penipisan lapisan ozon. Gas ini biasanya ada pada mesin-mesin pendingin udara atau pada bahan-bahan keperluan sehari-hari seperti deodoran. Upaya pengurangan kadar CFC ini sebenernya dapat dilakukan mulai dari hal kecil hingga hal besar, seperti mengganti deodoran spray yang biasa digunakan ke deodoran roll yang tidak mengandung CFC. Selain itu penyuluhan dan bantuan juga dilakukan kepada perusahaan-perusahaan kecil untuk mengganti mesin ber-CFC yang digunakan di pabrik sebagai pendingin udara ke mesin yang lebih ramah lingkunagn, karena saat ini steknologi sudah sangat pesat dan tak sedikit juga ynag ramah terhadap lingkngan.  Termasuk perusahaan-perusahaan besar seharusnya sudah mandiri mengganti mesin-mesin yang digunakannya ke mesin yang lebih ramah lingkungan.

0 komentar:

Posting Komentar